MELAKUKAN PENILAIAN DENGAN PORTOFOLIO KENAPA TIDAK?

Kalau udah jadi guru, melakukan penilaian itu kayanya susah banget. Dari nilai ulangan siswa dan tugas saja kadang guru harus bisa objektif mendiskripsikan profil anak dalam belajar secara keseluruhan. Padahal jumlah siswa banyak, dan guru harus jeli menilainya satu-satu. Nah, model penilaian yang selama ini dikembangkan di sekolah umumnya adalah model tes tertulis (paper and pencil test) atau tes strandart yang hanya mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa saja. Padahal penilaian itu juga tidak hanya mengukur aspek kognitif belajar siswa, tapi juga mengukur aspek psikomotor dan afektifnya juga. Kalau guru yang kreatif, penilaian terhadap kedua aspek tersebut bisa dilakukan denganmembuat rubrik-rubrik penilaian yang banyak. Dan itu butuh waktu lama dan guru tidak mungkin secara mandiri melakukan itu semua tapu butuh guru pendamping sebagai pengamat. Nah dengan menggunakan penilaian portofolio semua itu bisa di cover.
Portofolio merupakan salah satu assesmen yang bisa diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Portofolio merupakan suatu wadah yang berisi kumpulan bukti pekerjaan siswa dalam kurun waktu tertentu secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu, yang berisi rangkuman diskusi, jurnal belajar, hasil pengamatan, refleksi diri dan identitas portofolio, yang menunjukkan perkembangan siswa dari waktu ke waktu. Sehingga dengan menggunakan portofolio ini tingkat perkembangan siswa lebih dapat diukur dan dipahami dari pada hanya dengan menggunakan test strandart. Dengan portofolio bisa diketahui gambaran keseluruhan tentang segala aktivitas siswa dan apa yang dipahami dan diketahui siswa selama pembelajaran berlangsung.
Menurut Collins (1992) dalam Susilo (2003) portofolio adalah suatu kumpulan bukti yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu. Bukti ini berupa dokumen yang dapat digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menyimpulkan mengenai pengetahuan, keterampilan dan atau watak penyusunnya. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representative menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu (Ibrahim dalam Nur, 2002:9). Menurut Yasin (2004) portofolio merupakan kumpulan tugas, pengalaman belajar dan hasil kerja sendiri.
Hougton Mifflin Company menyebutkan pengertian lain dari portofolio, yaitu kumpulan secara sistematis untuk observasi guru dan hasil kerja siswa yang dikumpulkan sepanjang waktu, yang merefleksikan perkembangan dan kemajuan siswa (1997a).
Ada beberapa macam tipe portofolio yang sering digunakan, yaitu portofolio dokumentasi (documentation portfolio), portofolio proses (process portfolio) dan portofolio pameran (showcase portfolio). Portofolio dokumentasi disebut juga portofolio kerja (working portfolio) yang berisi dokumentasi aktifitas pemikiran. Portofolio proses mengandung dokumentasi keseluruhan proses belajar siswa. Dan portofolio pameran mengandung artefak perkembangan berupa audiovisual, termasuk photograph, videotapes dan electronic records dari kerja siswa yang terbaik dan komplet. Portofolio pameran merupakan portofolio yang paling efektif (2003b)).
Menurut Susilo (2003:38) pengembangan portofolio merupakan suatu proses pengumpulan dan pengadaan document, penataan sebagai bukti dan pengumpulannya menjadi suatu kumpulan bukti yang sesuai dengan tujuan. Perancangan portofolio mungkin dilakukan oleh guru atau dosen. Sedangkan pengembangannya dilakukan oleh siswa atau mahasiswa. Tetapi perancangan dan pengambangan portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru/dosen dan siswa/mahasiswa yang bersepakat menggunakannya dalam pembelajaran.
Terdapat dua hal yang harus dibedakan dalam menyusun portofolio yaitu berkaitan dengan tujuan dan penggunaannya. Tujuan penyusunan portofolio adalah suatu peryataan yang tegas menganai untuk menyatakan pengetahuan dan keterampilan apakah bukti-bukti berupa dokumen di dalam portofolio tersebut. Sedangkan penggunaan portofolio dimaksudkan untuk menyatakan bagaimana portofolio itu dimanfaatkan (Susilo, 2003:38).
Menurut Collin (dalam Susilo, 2003:38) persyaratan bahwa portofolio itu dibuat dengan tujuan tertentu menyebabkan proses pengembangannya menjadi bebas dan terbatas. Untuk perancangannya, yaitu penentu aspek tujuan dan penggunaanya, aspek yang menjadikannya bebas adalah bahwa kemungkinan pemanfataan portofolio itu sangatlah beraneka ragam, hanya dibatasi oleh imagginasi. Sedangkan keterbatasannya ada dua hal, yaitu: harus jelas tujuan pembentukannya dan disebutkan secara eksplisit karena itu juga diberikan batas waktu, biaya kesempatan dan kemampuan penyusunannya. Bagi pengembangnya, yaitu orang yang mengumpulkan dan menyajikan bukti-bukti ini, pengembangan portofolio itu bebas dan terbatas karena tujuan dan criteria penyusunannya sudah diketahui pada awal proses.
Menurut Collin (dalam Susilo, 2003:39) macam bukti yang mungkin dikumpulkan ada 4 macam, yaitu benda atau barang hasil kecerdasan manusia, hasil reproduksi atau fotokopi, hasil pengesahan atau produksi (hasil).
Benda atau barang hasil kecerdasan manusia adalah dokumen yang dihasilkan dalam kegiatan belajar normal pengembangan portofolio, berupa laporan praktikum, kumpulan kliping artikel surat kabar, atau hasil ulangan siswa, makalah, catatan kuliah, dan lain-lain. Hasil reproduksi adalah dokumen mengenai peristiwa khusus dalam karya pengembangan portofolio, tapi peristiwa ini biasanya tidak tertangkap begitu saja. Hasil pengesahan adalah dokumen mengenai kerja seseorang yang disiapkan oleh orang lain bukan pengembang portofolio, misalnya berupa surat pernyataan terima kasih atas pelaksanaan tutorial. Produksi (hasil) adalah dokumen yang khusus dipersiapkan untuk mengisi portofolio, dalam hal ini berisi paling tidak tiga hal, yaitu tujuan pengembangan portofolio, hasil refleksi diri pengembang dan identitas dokumen.
Model penilaian yang selama ini dikembangkan di kelas-kelas sekolah di Indonesia adalah model tes tertulis atau tes strandart yang hanya mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa saja. Tes dianggap sebagai posedur untuk mengukur performansi siswa seperti yang disebut dalam tujuan. Tes biasanya mengacu pada seperangkat pertanyaan atas pokok uji yang diajukan kepada seseorang atau kelompok. Orang yang menempuh tes diharapkan dapat memberikan jawaban atas pokok-pokok uji yang diajukan. Akumulasi jawaban yang benar, yang dinyatakan dengan biji, merupakan atau mewakili performansi orang tersebut (Subiyanto, 1988:5)
Menurut Coates (dalam Jannah, 2004) tes standart hanya menilai apa yang diketahui siswa saat ini. Bila dibandingkan dengan tes standart, portofolio memilik beberapa kelebihan.

Perbedaan Portofolio dengan tes standar (Siswono dalam Jannah, 2004:13)
Portofolio:

  • Menunjukkan jangkauan bacaan dan tulisan siswa (kemampuan siswa).
  • Meminta siswa menilai kemampuan, hasil kerja/keahliannya dan penetapan tujuan belajar.
  • Mengukur ketercapaian tujuan tiap siswa secara inividu yang berbeda dengan siswa lain.
  • Menunjukkan pendekatan kolaborasi dalam penilaian.
  • Penilaian siswa sendiri merupakan tujuan.
  • Menunjukkan peningkatan usaha dan pencapaian.
  • Menghubungkan penilaian dan pengajaran dalam pembelajaran

Tes Standar:

  • Menilai jangkauan bacaan dan tulisa siswa yang terbatas, dan tidak menunjukkan apa yang siswa lakukan
  • Penilainnya mekanistis atau penialaian oleh guru dengan masukan sedikit
  • Menilai semua siswa dengan dimensi yang sama.
  • Proses penilaiannya tidak kolaboratif.
  • Penilaian siswa tidak merupakan tujuan.
  • Memisahkan antara pembelajaran testing dengan pengajaran.

Menurut Stater (1997) dalam susilo (2003), penyusunan portofolio bertujuan untuk mengumpulkan bukti-bukti mengenai apa yang telah dikuasai oleh siswa, yang selanjutnya didajikan secara khas menurut pribadi masing-masing. Jadi berbeda dengan tes pilihan ganda yang mencoba menentukan apa yang tidak diketahui siswa, dalam penilaian dengan portofolio ini ditekankan pada apa yang telah dikuasai siswa.
Nah sekarang kita tahu bahwa penilaian dengan menggunakan portofolio, bukan merupakan penilaian instan. Tapi merupakan penilaian proses belajar siswa. Sehingga bisa lebih menunjukkan profil siswa secara keseluruhan. Jadi menggunakan penilaian portofolio, kenapa tidak?


13 Responses to “MELAKUKAN PENILAIAN DENGAN PORTOFOLIO KENAPA TIDAK?”

  1. […] February 25, 2008 by azwirdafrist Kalau udah jadi guru, melakukan penilaian itu kayanya susah banget. Dari nilai ulangan siswa dan tugas saja kadang guru harus bisa objektif mendiskripsikan profil anak dalam belajar secara keseluruhan. Padahal jumlah siswa banyak, dan guru harus jeli menilainya satu-satu. Nah, model penilaian yang selama ini dikembangkan di sekolah umumnya adalah model tes tertulis (paper and pencil test) atau tes strandart yang hanya mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa saja. Padahal penilaian itu juga tidak hanya mengukur aspek kognitif belajar siswa, tapi juga mengukur aspek psikomotor dan afektifnya juga. Kalau guru yang kreatif, penilaian terhadap kedua aspek tersebut bisa dilakukan denganmembuat rubrik-rubrik penilaian yang banyak. Dan itu butuh waktu lama dan guru tidak mungkin secara mandiri melakukan itu semua tapu butuh guru pendamping sebagai pengamat. Nah dengan menggunakan penilaian portofolio semua itu bisa di cover. selanjutnya […]

  2. cara menilai juga masalah ya ? tulis lagi lebih banyak tentang guru. setuju ?

  3. Portofolio untuk penilaian sertifikasi guru dalam jabatan dengan batas lulus 850, sudah cukup jelas. Dengan penjelasan unsusr A minimal 340, unsur B minimal 300,untuk guru di daerah khusus minimal 200 dan unsur C tidak boleh nol.
    Artinya bagi guru yang tidak lulus dan harus mengikuti PLPG/diklat harus memiliki nilai lebih dari 540 dari batas tersebut pelaksanaan diklat akan mimilah dan menentukan berapa jam dan materi mana yang harus diikuti oleh peserta diklat yang hasilnya dijumlahkan dengan nilai perolehan portofolio dan nilai diklat untuk dinyatakan lulus sertifikasi tetap dengan batas minimal 850

  4. salam kenal. Wah seneng banget dapetin blog ini. Akhirnya bisa curhat juga. He…He…He…saat ini saya sedang meneliti penerapan penilaian portofolio dalam pengajaran menulis (writing) untuk skripsi saya, tapi kok susah juga ya nyari sekolahnya. Pernah saya ke salah satu sekolah, namun portofolionya hanya sekedar hasil tugas, tidak ada catatan kemajuan siswa selama proses menulis, karena setiap hasil langsung dinilai guru tanpa proses perbaikan dari siswa. Aku minta tolong sekolah mana yang sudah menerapkan penilaian portofolio pada tingkat SMP atau SMA kususnya pengajaran Bahasa Inggris? Please….

  5. Ass. Salam kenal yah… aku dr Surabaya kebetulan jalan-jalan cari portofolio ketemu blogm. Makasih yah

  6. thankss infonya

  7. saya ngopi untuk bahan bacaan ya pak. salam kenal. siska jogja sgei dompet dhuafa

  8. Menurutku penelitian Portopolio dan Plpg untuk PTK sampai saat ini belum transparan 100% jujur ya kan ? dan mohon diumumkan ke publik lewat situs internet atau media televisi dan muat kriteria-keriteria bahwa penelitian tersebut bisa mewakili untuk dicontoh sebagai motivasi PTK.
    Ini Loh…para guru PTK Yang diharapkan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

  9. trims infox pak, tp sy msh ingin contoh yng kongrti

  10. thanks to admin, its necessary

  11. Sangat membantu

  12. Salam kenal yh

  13. Bagus bgt artikelnya, tetapi lebih bagus lagi kalau di lengkapi dengan daftar pustaka, supaya kalau ada yang mau mencari refrensinya jadi lebih mudah. hehe

Leave a reply to pelukishati Cancel reply